Cinta & Kawan
Satu hari CINTA & KAWAN berjalan dalam kampung...
Tiba-tiba CINTA terjatuh dalam telaga...
Kenapa??
Kerena CINTA itu buta...
Lalu KAWAN pun ikut terjun dalam telaga...
Kenapa??
Kerena... KAWAN akan buat apa saja demi CINTA !!
Di dalam telaga CINTA hilang...
Kenapa??
Kerena... CINTA itu halus, mudah hilang kalau tak dijaga, sukar dicari apa lagi dalam telaga yang gelap...
Sedangkan KAWAN masih mencari-cari dimana CINTA & terus menunggu..
Kenapa??
Kerana... KAWAN itu sejati & akan kekal sebagai KAWAN yang setia...
kan ??
so, hargai lah KAWAN kita selagi kita terasa dia BERARTI....
Walau kita punya couple, teman tetap yang paling setia.
Walau kita punya harta banyak, teman tetap yang paling berharga.
Selasa, 12 Oktober 2010
Meredam Rasa Tersinggung
Meredam Rasa Tersinggung
Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras adalah timbulnya
rasa ketersinggungan diri.
Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidak-tahanan kita terhadap
sikap orang lain. Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri
dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling
membahayakan dari ketersinggungan adalah habisnya amal kita.
Efek yang biasa ditimbulkan oleh rasa tersinggung adalah kemarahan. Jika
kita marah, kata-kata jadi tidak terkendali, stress meningkat, dan
lainnya. Karena itu, kegigihan kita untuk tidak tersinggung menjadi suatu
keharusan.
Apa yang menyebabkan orang tersinggung? Ketersinggungan seseorang timbul
karena menilai dirinya lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, saleh,
tampan, dan merasa sukses. Setiap kali kita menilai diri lebih dari
kenyataan bila ada yang menilai kita kurang sedikit saja akan langsung
tersinggung. Peluang tersinggung akan terbuka jika kita salah dalam
menilai diri sendiri. Karena itu, ada sesuatu yang harus kita perbaiki,
yaitu proporsional menilai diri.
Teknik pertama agar kita tidak mudah tersinggung adalah tidak menilai lebih
kepada diri kita. Misalnya, jangan banyak mengingat-ingat bahwa saya telah
berjasa, saya seorang guru, saya seorang pemimpin, saya ini orang yang
sudah berbuat. Semakin banyak kita mengaku-ngaku tentang diri kita, akan
membuat kita makin tersinggung. Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk
meredam ketersinggungan.
Pertama, belajar melupakan Jika kita seorang sarjana maka lupakanlah
kesarjanaan kita. Jika kita seorang direktur lupakanlah jabatan itu.
hal itu, dan seterusnya. Anggap semuanya ini amanah agar kita tidak
tamak terhadap penghargaan.
Kedua, kita harus melihat bahwa apa pun yang dilakukan orang kepada kita
akan bermanfaat jika kita dapat menyikapinya dengan tepat. Kita tidak
akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita, jika bisa
menyikapinya dengan tepat.
Ketiga, kita harus berempati. Yaitu, mulai melihat sesuatu tidak dari sisi
kita. Perhatikan kisah seseorang yang tengah menuntun gajah dari depan dan
seorang lagi mengikutinya di belakang Gajah tersebut. Yang di depan
berkata, "Oh indah nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia dilempar
dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang perjalanan,
orang yang di belakang hanya melihat pantat gajah.
Karena itu, kita harus belajar berempati. Jika tidak ingin mudah
tersinggung, cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain.
Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata- mata
untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat
mengendalikan diri.
Keempat, jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai ladang
peningkatan kwalitas diri dan kesempatan untuk mengamalkan sifat mulia.
Yaitu, memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan.
Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras adalah timbulnya
rasa ketersinggungan diri.
Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidak-tahanan kita terhadap
sikap orang lain. Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri
dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling
membahayakan dari ketersinggungan adalah habisnya amal kita.
Efek yang biasa ditimbulkan oleh rasa tersinggung adalah kemarahan. Jika
kita marah, kata-kata jadi tidak terkendali, stress meningkat, dan
lainnya. Karena itu, kegigihan kita untuk tidak tersinggung menjadi suatu
keharusan.
Apa yang menyebabkan orang tersinggung? Ketersinggungan seseorang timbul
karena menilai dirinya lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, saleh,
tampan, dan merasa sukses. Setiap kali kita menilai diri lebih dari
kenyataan bila ada yang menilai kita kurang sedikit saja akan langsung
tersinggung. Peluang tersinggung akan terbuka jika kita salah dalam
menilai diri sendiri. Karena itu, ada sesuatu yang harus kita perbaiki,
yaitu proporsional menilai diri.
Teknik pertama agar kita tidak mudah tersinggung adalah tidak menilai lebih
kepada diri kita. Misalnya, jangan banyak mengingat-ingat bahwa saya telah
berjasa, saya seorang guru, saya seorang pemimpin, saya ini orang yang
sudah berbuat. Semakin banyak kita mengaku-ngaku tentang diri kita, akan
membuat kita makin tersinggung. Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk
meredam ketersinggungan.
Pertama, belajar melupakan Jika kita seorang sarjana maka lupakanlah
kesarjanaan kita. Jika kita seorang direktur lupakanlah jabatan itu.
hal itu, dan seterusnya. Anggap semuanya ini amanah agar kita tidak
tamak terhadap penghargaan.
Kedua, kita harus melihat bahwa apa pun yang dilakukan orang kepada kita
akan bermanfaat jika kita dapat menyikapinya dengan tepat. Kita tidak
akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita, jika bisa
menyikapinya dengan tepat.
Ketiga, kita harus berempati. Yaitu, mulai melihat sesuatu tidak dari sisi
kita. Perhatikan kisah seseorang yang tengah menuntun gajah dari depan dan
seorang lagi mengikutinya di belakang Gajah tersebut. Yang di depan
berkata, "Oh indah nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia dilempar
dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang perjalanan,
orang yang di belakang hanya melihat pantat gajah.
Karena itu, kita harus belajar berempati. Jika tidak ingin mudah
tersinggung, cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain.
Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata- mata
untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat
mengendalikan diri.
Keempat, jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai ladang
peningkatan kwalitas diri dan kesempatan untuk mengamalkan sifat mulia.
Yaitu, memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan.
Senin, 27 September 2010
Langganan:
Postingan (Atom)